Lingkungan adalah kombinasi antara
kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi
surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam
lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan
bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat
diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen
abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti
tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik
adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan
mikro-organisme (virus dan bakteri).
Sebelum adanya arsitek, masyarakat
dulu juga sudah melakukan analisis eksternal atau makro analisis yang kita
kenal sekarang. Masyarkat yang tinggal di daerah dengan kondisi iklim dan fisik
lingkungan yang berbeda-beda tentunya memiliki analisis yang berbeda-beda, dan
menghasikan output yang berbeda-beda pula. Output yang dimaksud di sini adalah
hunian mereka, sebagai contoh ambil contoh hunian rumah adat banjar bubungan
ringgi. Rumah adat banjar tidak sembarang dibangun dengan bentuk atap menjulang
tinggi, melainkan harus melewati tahapan analisis terhadap faktor-faktor iklim
setempat. Selain bantuk atap, bangunan yang dibuat panggung juga merupakan
tanggapan masyarakat terhadap kondisi fisik lingkungan setempat. Tanah tempat
mereka mendirikan rumah yang bukan merupakan tipe tanah keras membuat mereka
menghasilkan sebuah rumah yang berbentuk panggung.
Tidak hanya di daerah banjar,
masyarakat dulu di daerah lain di seluruh Indonesia sudah melakukan analisis
terhadap lingkungan tempat mereka tinggal sebelum mereka membangun hunian
mereka. Hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi iklim, fisik, ketersediaan
bahan yang ada di alam, dan juga mereka juga menganalisis pola kehidupan
penghuni yang akan menempati rumah yang akan dibangun.
Seiring berkembangnya pola hidup
masyarakat, tanggapan masyarakat terhadap lingkungan pun juga mengalami
pergeseran. Demikian adanya karena banyak nilai-nilai budaya dan norma yang
hilang pada tatanan bangunan masyarakat sekarang. Daerah yang jelas-jelas
merupakan daerah aliran air banyak yang dibangun dengan cara diurug, masyarakat
berpikir sederhana dalam mendirikan bangunan tanpa memperhatikan apa dampaknya
nanti bagi lingkungan. Berbeda dengan masyarakat dulu membangun hunian mereka dengan
bentuk panggung untuk menanggapi kondisi tanah yang tidak keras. Dan dampaknya
sekarang sudah mulai terasa, banjir akibat tersumbatnya daerah aliran air yang
diurug oleh tanah terjadi dimana-mana. selain akibat urugan, masalah juga
timbul akibat sedikitnya jarak antar bangunan, bangunan dibangun berdempetan
dengan bangunan lain. Hal tersebut terjadi karena sedikitnya ketersediaan lahan
yang ada dan menyebabkan tanggapan masyarakat menjadi membangun hunian mereka
dengan berdempetan satu sama lain tanpa memikirkan apa dampaknya bagi
lingkungan mereka.
0 komentar:
Post a Comment